Social Icons

Pages

Kaum Prioritas yang Tak Pantas Diprioritaskan

Wah, sudah mulai berdebu nih blog mak, mulai jarang posting, sebenarnya idenya terus mengalir, alhamdulillah kuasa Allah, tapi di anugrahi pada orang yang moodyan super parah. Kalau lagi nggak mood, jangan harap mak bakal menyentuh (hicks..). Tapi kejadian hari ini ternyata menjadi sentilan bagi mak untuk menulis lagi dan mengangkat masalah sosial yang sering kita temui.
Kaum prioritas adalah golongan yang diciptakan oleh lingkungan sebagai bentuk penghargaan dan keistimewaan bagi kelompok ini. Yang tergolong kelompok ini biasanya adalah ibu hamil, ibu yang membawa balita, lansia, penyandang disabilitas dan kondisi kesehatarn lainnya. Ini biasanya akan mendapat tempat istimewa pada fasilitas-fasilitas umum seperti transportasi dan tempat public area. Komunitas ini akan didahulukan dan diberi tempat prioritas. Selain menghargai seorang wanita kebijakan sosial ini juga berdampak positif agar kita selalunya menghargai seorang ibu dan orang tua.
Tapi pada praktiknya ternyata hal ini tidak sepenuhnya berjalan ideal. Terkadang ada kaum di luar kaum prioritas ini beranggapan hal ini tidak perlu, karena itu adalah proses normal seorang manusia. Tapi mak nggak akan bahas yang ini karena sudah mainstream (mak mo anti mainstream nih). Mak bahas kalau ternyata prioritasnya ini yang menjadikan beberapa orang dikelompok ini justru menjadi egois dan selfis. Seperti yang mak alami hari ini, mak juga seorang ibu yang menggendong bayi dan ingin menggunakan lift disebuah mall yang merupakan fasilitas umum. Begini ceritanya.. (musik misteri berbunyi.. yaelah salah bekgron, ini cerita drama). Saat itu mall dalam kondisi rame-ramenya, mungkin karena orang baru pada gajian atau karena diskon diapers seperti tujuan mak ke mall hari ini. Mak sudah antri di belakang 2 orang wanita yang membawa stroller berisi bayi, tak lama ada satu rombongan keluarga yang terdiri dari 4-5 orang yang salah seorangnya mendorong stroller tak berpenghuni alias kosong karena bayinya digendong babysitternya. Dan boleh dibilang kami 3 kelompok ini sama-sama membawa kaum prioritas. Namun dengan seenaknya si ibu yang saya rasa itu sang 'Nyonyah' (walaupun saya ragu itu nyonya apa pembantunya karena mau aja menukar bayinya dengan stroller) menyerobot masuk ke dalam lift diikuti rombongannya tadi. Mak otomatis kaget, si ayahnya anak-anak sempet kayak mau marah tapi mak kode dengan menyentuh pundak ayah, mak malas ribut sama orang beginian, tapi kesel juga (hahaha) makanya mak curhat di sini (mak-mak update, hahaha). Karena mak ingin menyadarkan kita semua, prioritas tidak harus membuatmu menjadi meng-unprioritaskan orang lain. Mak juga teringat postingan yang pernah mak baca tentang foto seorang wanita duduk selonjoran di kereta api padahal banyak orang lain yang juga ingin duduk. Ayolah buk ibuk.. hari ini kalian teriak 'ladies first', besok nya ketika ada yang menganggap wanita lemah kalian teriak 'emansipasi'. Bukan kah kalian seorang ibu dari anak yang kalian punya  sekarang maupun nanti? Apakah prioritas menjadikan kita lupa cara mengantri dan berempati? Jadi nggak usah berburu buku dan situs parenting tentang bersosialisasi untuk anak kalau kita sendiri menciptakan contoh egois dan tidak perduli. Kalau begini jangan salahkan jika suatu saat semua orang merasa prioritas!
(Ini juga merupakan pelajaran praktik parenting buat mak).

Birthday Party Kids Zaman Old Vs Kids Zaman Now

Terlepas dari boleh tidaknya dari sisi agama, mak ajak pembaca sedikit nostalgia ke zaman mak kecil dulu dimana pesta ulang tahun adalah momen spesial tiap tahunnya bagi seorang anak. Nah kalau dibandingkan dengan anak sekarang di era gadget sekarang ini, ternyata ada trend yang berubah dalam merayakan ulang tahun. Tapi ini bukan hanya membahas sisi negatif dari 'kids zaman now' seperti yang banyak viral ya (walaupun mak berharap tulisan ini juga viral, hehe). Anyway, yuk kita simak apa aja sih yang menarik untuk dibahas dari pesta ulang tahun anak dari zaman dahulu ama anak-anak sekarang: 
  1. Yang pertama dalam hal yang paling dasar dalam mengadakan pesta, undangannya. Dulu undangan ulang tahun biasanya dibeli kartu undangan yang sudah tersedia dari toko, terus di tulis deh isinya sesuai dengan waktu dan tempat pesta berlangsung, kalau undangannya banyak ya banyak kartu yang ditulis, taukan kerja siapa? Yap.. maknya. Kalau kids zaman now, syukurnya udah ada yang namanya sosial media, tinggal bc (broadcast) pesan kesemua kontak yang akan diundang, atau bisa lewat undangan/iklan yg d post di fesbuk, gampang dan cepat lagi. 
  2. Hal mendasar lainnya, pesta nggak lengkap tanpa kue, baik itu zaman dulu dan zaman sekarang ini masih menjadi keharusan. Hanya bedanya kalau dulu kue nya desainnya sederhana bahkan tak jarang mak kita yang bikinin, kalau maknya nggak bisa bikin kue kadang diganti tumpeng, nah kalau anak sekarang, wuidih.. kuenya keren-keren, bahkan bagi orang yang tergolong kaya bisa habiskan jutaan rupiah cuma buat kue ulang tahun anaknya (ckckck.. kalo mak mending beli susu ama popok, hehehe). 
  3. Dekorasi pesta, yang kids zaman old pasti dulunya pernah jadi even organizer amatiran buat dandanin ruang tamunya buat acara ulang tahun, baik itu ulang tahunnya sendiri maupun ulang tahun adik atau kakaknya. Mulai dari hembus balon, gunting dan pasang pita-pita di langit-langit rumah, meja tempat kue, dan dekorasi lainnya (ahh.. mendadak flash back). Kalau kids zaman now nggak perlu repot, asal mak dan bapake punya cukup dana tinggal serahin ke EO profesional buat dekor, mulai dari ruangan, kue, acara semua sudah disiapkan, yang ulang tahun tinggal dandan dan duduk manis menikmati acara. 
  4. Yang tak kalah penting, kostum. Kalau zaman dahulu yang namanya pesta ya berpakaian pesta yang tersedia dirumah, anak perempuan biasanya pakai dress kembang, rambut di bandoin atau di kuncir, pakai bedak udah, yang laki-lakinya baju kaos atau kemeja rapi ready. Nah anak sekarang? Ow..ow..ow.. don't forget to read the ivitation carefully karena biasanya ada dresscode nya, ada yang ala-ala princess, tokoh kartun, warna tertentu, dan jangan lupakan riasan dan sepatu yang serasi. Tak jarang gara-gara menghadiri satu pesta ulang tahun aja mesti belanja cari kostum dulu (duh!).
  5. Souvenir, sebenarnya hal ini nggak wajib, tapi seperti sudah menjadi tradisi, kado yang dibawa undangan dibalas dengan souvenir yang di bawa pulang. Kalau zaman dahulu mah gampang, tas kresek atau karton mini diisi permen, biskuit, kue-kue kering atau coklat bisa jadi isi souvenirnya (ini di kalangan menengah kebawah ya, mak nggak pernah ikut yang kalangan konglomerat). Kalau anak sekarang lebih dari itu, paling murah ya dapat botol minum 'ware-ware an', kotak pensil, atau souvenir yang lebih berupa barang sebagai tambahan souvenir makanan dan permen tadi. Namun tak jarang bersifat lux seperti mainan, mp3 bahkan ada anak artis yang souvenirnya berupa hp dan doorprize tiket masuk tempat wisata dan liburan, (wow.. mak mau juga dong..).

Dan satu lagi yang bikin beda adalah, kids zaman dulu kalau pergi ulang tahun paling kalau tempatnya jauh dianter maknya trus maknya pulang, paling jemput ntar kalau sudah selesai. Nah kids zaman now, anaknya yang ikutan pesta ulang tahun, mak-mak nya yang nggak kalah eksis, dresscode pun seragam ma anaknya, dandan paripurna, trus nggak lupa pamer aksesoris branded, sekalian deh arisan sosialita. Foto, percaya deh, dijamin lebih banyak foto mak-mak nya dari pada foto anak dan teman-temannya lengkap dengan gaya foto ala-ala anak abege dalam cashing agak melebar kesamping dengan serempak teriak 'lemeshin shayyy..' 

Kenapa Nge-Blog?

Mak adalah penggemar sosial media paling setia sejak zaman-zamannya kenal internet, berawal dari mirc, yahoo chat, dan mulai adanya friendster (kids zaman now pasti nggak tau ini) dan lahirlah fesbuk.  Ini karena mak suka interaksi melalui tulisan, sejak dulu mak memang suka menulis dan membaca (dibimbing pak.. guru.. laah malah nyanyi), mungkin ini karena sejak sd nilai pelajaran mengarang mak selalu lebih tinggi dibanding nilai lainnya (karena yang lainnya merah, hehe). Mak baru sadar setelah dewasa dan paham minat bakat kalau ternyata mak termasuk anak yang daya imajinasinya tinggi, bahasa mak-mak dulu suka menghayal. Tapi, sebenarnya tiap mak bikin karangan apapun, baik cerita nyata ataupun hayalan mak seringnya nggak sesuai dengan jalan cerita yang ada di kepala mak, itulah kenapa mak jadi sempat malas menulis, dan tulisan mak jarang yang selesai. Makin kesini tingkat kemalasan ini makin meraja lela, apalagi pake alasan mak-mak rumah tangga dengan dua anak bayi dan balita yang full day dirumah, sok sibuk lah pokoknya.
Akhirnya isi sosmed mak sebatas share dan komen. Nah salah satu yang menohok mak adalah, sebuah postingan yang bunyinya kurang lebih percuma berilmu tapi hanya bisa copy paste, hicks.. terlalu!. Mak nggak cuma copy paste kok, edit dan komen dikit kadang (#ehh). Akhirnya dorongan dari grup menulis, teman mak, Maknya Riyu yang juga menulis, suami yang walaupun nggak pernah sempat baca tulisan biniknya ini (hicks..) yah karena mereka mak beranikan diri menulis lagi. Blog yang sudah berjamur dan penuh sarang laba-laba mak segel dan membuka blog baru ini. 
Nggak sampai disitu juga, cobaan menulis selalu nempel kayak jin dan syaithon yang selalu nempel di tiap manusia. Belum lagi pilih tema udah kayak milih coklat kacang atau kacang coklat, sama tapi beda makna, kalau coklat kacang berarti coklat ada kacang nya, kalau kacang coklat berarti kacang rasa coklat (penting banget loh ini). Nah saat menulis pun masih ruwet, milih ilustrasi lah, tulisan lah, judul lah, begitulah pokoknya. Tujuannya untuk menghasilkan tulisan berkualitas dan menarik dibaca, yah walaupun ujung-ujungnya kepuasan tiada pernah ada batasnya. 
Jadi mak harap pembaca suka dan jangan lupa polow blog nya (hehe.. teteup). Tapi maaf jika suatu saat blog nya mendadak sepi dan berdebu lagi, mungkin kala itu mak kambuh mood jelek nya, jadi tolong colek mak ya.. (ih.. emang eyke mak apaan.. plaakkk!!). 

Anak Perempuan Harus Ditindik dan Pakai Anting?


Mak berusaha tetap sabar dan tangguh setiap ada yang komentar "koq anaknya nggak ditindik?". Sekarang mak tanya balik, memangnya wajib ya bayi perempuan ditindik? Jadi kalau tidak ditindik tidak perempuan? Apa dalam agama juga mewajibkan menindik anak perempuan? Jawabannya tidak pastinya. Lalu kenapa banyak yang menindik bayinya? Jawabannya 'Budaya', awalnya sebuah kebiasaan yang dilakukan terus menerus dan berulang secara turun temurun sehingga jadilah budaya.

Mak teringat sewaktu mak kecil, papa mak nggak pernah izinin anaknya ditindik, waktu itu cuma adik mak yang belum ditindik, mak dan kakak mak sudah sejak kecil ditindik oleh tante mak yang kebetulan seorang bidan. Larangan ini juga berlaku sampai ke cucu perempuannya, anak mak dan kakak mak. Alasan kenapa papa mak melarang adalah menurut papa, tindik anak itu sama dengan menyakitinya, karena mereka masih bayi, belum bisa memilih mau ditindik apa tidak, tapi orang tuanya memaksa ditindik. Padahal namanya ditusuk jarum ya sakit sekali, apalagi dilubangi untuk memasukkan anting seperti tindik ini. Setelah adik mak beranjak besar dan bisa memilih barulah dia ditindik dengan keinginannya sendiri. 
Saat mak menjalani pendidikan kesehatan, mak sering melakukan tindik ini kepada pasien tempat mak praktik. Disaat menjalaninya mak akhirnya mengerti kenapa papa mak melarang tindik pada bayi perempuan. Kasian memang, rata-rata bayi akan menangis dengan sangat keras bahkan sampai kehilangan suara yang menunjukkan mereka syok dengan perlakuan tersebut (agak lebay, but it's true). Belum lagi pasca tindik beberapa ada yang balik ke klinik karena beberapa bayi ada yang memberikan respon alergi terhadap anting yang di pakai jadi bisa bengkak, merah bahkan ada yang menjadi infeksi (tuh serem ya, mak nggak nakut-nakutin loh ini). Yah memang tidak semua, dan penanganannya juga hanya dibersihkan dan diberi antiseptik. Tapi itu kan menurut kita, menurut si bayi? Tiap luka itu berdenyut dia cuma bisa nangis. Seandainya dia sudah bisa bicara pasti dia ngomel-ngomel, bisa aja dia marah-marah dan nyalahin mak nya kenapa mesti ditindik (fiuuh.. jangan sampai masuk kdrt yah nak). 
Ah mak lebay nih, yah mungkin ada yang berpendapat demikian. Tapi bagi mak, kenapa harus menyakiti hanya untuk demi menjawab 'budaya' yang tidak ada manfaat dan dasar nya. Beda dengan suntikan imunisasi yang memang bertujuan dan memberi manfaat bagi kesehatannya. Memang buat apa sih ditindik? Biar tau perempuan atau laki-laki? Bukankah identitas perempuan muslim itu menutup aurat? Bukan memakai anting. Tanpa anting dia tetap perempuan yang kelak menjadi wanita dewasa yang bisa menentukan apa yang ingin dia kenakan atau tidak. Bukan hak kita memaksakan apalagi dengan menyakitinya hanya karena dia belum tau apa-apa. Justru kewajiban kita adalah menjaga, merawat bahkan wajib melindunginya dari segala sesuatu yang membuatnya tersakiti. Jadi maaf, saya tidak ingin menyakiti anak saya!

Atasi Flu Bayi & Balita Dengan Perawatan Dasar di Rumah

Ahh.. musim hujan datang lagi, tapi musim hujan sekarang bukan musim hujan yang full hujan seharian, tapi biasanya diiringi dengan cuaca panas pada siang harinya. Cuaca ekstrim begini biasanya penyakit ikutan ekstrim juga, dan yang paling bikin galau mak kalau anaknya yang sakit. Liat matanya merah, bersin-bersin, gelisah saat tidur, duh patah hati internasional dan nasional mah lewat, galau super maksimal pastinya. Tapi tunggu, jangan panik jika itu hanya flu, yuk kita atasi (berubah dengan kostum putih bermasker) 
Flu atau Influenza, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari familia Orthomyxoviridae, (wikipedia). Jadi karena penyebabnya virus, penyembuhannya ya ala virus juga nggak perlu antibiotik. Lha iya virus dilawan sama bakteri, ya nggak ketemu (fiuhh..). Jadi gimana mengatasinya? Yuk dicoba tips mak berdasarkan pengalaman pribadi, keilmuan dan konsultasi ahli di kala panik: 
  1. Berikan asupan cairan terutama jika berlanjut demam, ingat demam bukan sakit tapi gejala dari penyakit, pada saat flu berarti antibodi sedang berusaha melawan benda asing yaitu virus yang masuk ke tubuh, pemberian cairan dapat mengurangi panas tubuh. Nggak mesti wajib air putih, bisa ASI, susu, kuah kaldu hangat, dan lain-lain, asal jangan es sirup tapi (yaiyala..hihi)
  2. Dapat dengan membantu melegakan pernafasan dengan memberikan balsem khusus bayi atau bisa juga dengan ramuan tradisional, kalau mak andalannya adalah baluran minyak bawang merah yang diiris-iris dan dicampur minyak kayu putih, oles deh tiap sebelum tidur. Jika hidung tersumbat dapat berikan obat tetes hidung dibantu dengan uap panas yang ditetesi minyak esensial (ex: purebaby) atau kayu putih.
  3. Jika anak demam, berikan kompres hangat, berikan baju tipis, pantau terus suhunya, jika di atas 38 derjat celcius atau anak sangat rewel dapat berikan obat penurun panas sesuai dosis dan berat badannya. Mak biasa selalu sedia Paracetamol drop dirumah. Tapi jika panasnya makin tinggi, apalagi melebihi 40 derjat, segera bawa ke rumah sakit ya, waspada juga panas pada anak dengan riwayat kejang.
  4. Jemur matahari pagi, ini membantu proses penyembuhan sekaligus bikin hangat si anak, tapi jangan lebih dari jam 9 pagi ya, dan nggak boleh lebih dari 10 menit. 
  5. Istirahat yang cukup, nah sebenarnya inilah obat yang paling baik untuk setiap penyakit, tapi namanya anak-anak susah banget pastinya disuruh istirahat, selagi masih bisa berdiri bawaannya main mulu, kalau sudah begini mak terpaksa mengisolasi si anak dari dunia luar (hehehe). Jadi jika mau main ya main dirumah saja, usahain juga nggak terlalu lelah. 
  6. Flu demam akibat virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam 4-5 hari. Jika dalam seminggu flu belum sembuh atau batuk lebih dari 2 minggu segera bawa ke dokter ya. 
Flu memang menjadi penyakit yang paling sering di alami anak karena virus ini menyebar dengan cepat melalui udara. Jadi yang paling utama adalah menjaga daya tahan tubuh anak dengan asupan makanan yang baik serta istirahat yang cukup. Dan yang paling penting jauhi anak kita dari yang namanya asap rokok, baik itu dirumah maupun dimanapun. 
Terus anak di bawah 2 tahun sebaiknya dibatasi mengkonsumsi obat-obatan, kecuali atas saran dokter dan sesuai dengan kebutuhannya, terutama antibiotik. Kesalahan dalam mengkonsumsi antibiotik dapat berakibat fatal, apalagi bagi anak-anak. Jadilah mak yang bijak karena dokter pertama bagi anak adalah mak nya (kecup mak). 

Anak Itu Anugrah Terindah

"Hamil lagi? Nggak pakai KB?.."
"Kok udah isi lagi? Nggak kasian sama anaknya?"
Yah.. itulah kata-kata yang mak dengar waktu mak hamil ke 2 yang jaraknya memang dekat kurang dari 2 tahun. Kata-kata yang tanpa disadari yang ngomong itu nyakitin banget, bikin baper, sedih, belom lahiran udah baby blues duluan. Sebagai orang yang pernah mengecam pendidikan di kesehatan mak juga tau betul ini adalah kehamilan berisiko. Tapi bukankah setiap kehamilan berisiko? Bukankan ini adalah titipan Yang Maha Pencipta kepada hambanya? Lalu kenapa dengan mudah berkomentar seakan-akan gkehamilan adalah sebuah 'kecelakaan'? Nauzubillah.. 
Untungnya mak cepat sadar, kesedihan dan baper hanya akan buat si calon baby nya ikutan sedih, kan kesian. Beruntungnya mak punya suami yang justru girang dan nyemangatin emak (yaiyalah kan akibat perbuatan dia juga, hihi),  juga keluarga yang mendukung walaupun di ketawain karena kakak mak juga hamil, hamil anak pertama kemarin dia hamil juga, kompak kan kami (hehehe).
Berikutnya alhamdulillah mak jalani kehamilan dengan cerah ceria, walaupun ternyata kehamilan kedua ini ternyata beda dengan yang pertama. Mungkin sebagai bukti bahwa setiap pribadi manusia itu unik dan berbeda walaupun pabrik nya sama. Dan alhamdulillah di bulan Maret 2017 lahirlah anak ke 2 mak secara SC lagi, karena kehamilan 1 memang SC. Dengan jarak yang dekat mak nggak mau ambil risiko sok idealis pengen lahiran normal. Bagi mak dan sibapak tentulah yang paling utama keselamatan anak, bekas SC plus keloid nya yang walaupun udah di laser berjam-jam tetap aja tumbuh kembali. Mak rela nak, biarpun tiada lagi perut ala Britney Spears (waktu si Brit masih single juga) kini berganti perut ala-ala balon yang udah didiamkan seminggu, kenyal-kenyal keriput gitu. (Sambil nunjuk perut sambil ngatai "malu-maluin kamuh"). Yang penting anak-anak mak sehat, bahagia dan sejahtera serta Sholeh dan Sholeha.. Aamiin.. 
Toh waktu anak-anak tidak lama, beberapa tahun yang kalau dirasain lama tapi kalau dinikmati sebentar, mereka akan sibuk dengan aktivitas sekolah dan sosial mereka. Mendadak mata mak panas, ahh iya abis megang bawang..
 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates