pict: google picture
Cerita ini sebelumnya pernah saya posting di sebuah grup bergenre misteri. Ini adalah pengalaman saya melihat 'mereka'.
Sejak dulu saya dibesarkan di lingkungan yang kompleks, keluarga saya tidak menutup diri akan hal mistis yg ada di hidup kita bahkan papa sering menceritakan berbagai pengalaman mistis di kampung asalnya yg memeng terkenal sebagai kampung penuh sihir dan mistis disebuah kota bagian dari Provinsi Riau. Tapi sebagai anak muda (waktu itu masih muda, hehe) saya nggak percaya, sampai saya bertemu dengan nya..
"Nyai Merah Delima"..
Dulu yang namanya mistis tahayul menurut saya itu hanya hayalan dalam film misteri. Takut nontonnya, tapi bikin penasaran. Pertama kali melihat orang kesurupan pas SMP, saya juga bersekolah di smp yg terkenal angker, hehe mungkin mistis sejak awal mengikuti. Tapi masih tetap belum percaya karena belum pernah melihat langsung, pas ada yg kesurupan sebagai anak PMR dikala itu menganggap yg kesurupan itu cari perhatian
"Kak, ada yg kesurupan" laporku pada senior PMR
"Udah kerjain aja, kasih aja kaos kaki busuk, hahaha"
"Jangan.. nih ketek gw aja, hahaha" timpal kakak senior yg lain..
"Mana2 yg kesurupan... ehh.. lo mau gw suntik? Bangun gih.. " kakak senior lain menggoyang2 kan tubuh temanku yg kesurupan tadi. Yang kesurupan langsung duduk tegak dengan mata melotot ke atas, semua kaget, lalu jatuh lunglai kembali seperti tertidur.
Kejadian tersebut berulang hampir setiap hari, ada yg bilang temenku itu kerasukan jin dari pohon besar tua disekolah ku itu. Sampai akhirnya temenku yg sering kesurupan itu pindah sekolah. Anehnya disekolah barunya dia nggak pernah kesurupan.
Singkat cerita setelah tamat sma aku memilih sekolah kesehatan dan wuala... kami wajib asrama.
Plus nya lagi asrama ku terletak d pengkolan jalan mendaki dan ada bonus di depannya adalah TPU, yap Tempat Pemakaman Umum.. dan disinilah semua ini bermula..
Hari pertama adalah benar2 pestanya para penunggu di asrama ini, di tambah emosi para mahasiswa yg benar2 sedang labil karena dikurung istilahnya di karantina, no hp, no akses keluar, makan, tidur, belajar, mandi semua dillakukan di satu gedung. Pintu antara nyata dan ghaib itu terbuka ketika malam renungan suci. Awalnya hanya tangisan karena kangen pulang, lalu berubah jadi tawa keras sekali dari seorang mahasiswa. Yap, kesurupan. Malam itu benar2 berpesta, bukan 1 yg kesurupan tapi ada 25 orang dari 300 mahasiswa/mahasiswi.
"Kalian gila menempatkan kami disini.. ini kerajaan mereka., ini kerajaan setaan.. " teriak salah seorang temanku, sebut saja namanya Sri.
Malam sudah larut kala itu, tak mungkin rasanya mendatangkan ustad yg bisa melakukan pengusiran. Untung dari salah seorang mahasiswa memiliki kelebihan, Rio namanya, Rio di bantu para staf dosen, ibu asrama dan bapak asrama mengamankan para mahasiswi yg kesurupan. Aku tidak habis fikir, ini nyata atau tidak? Segala pertanyaan berkecamuk di dalam kepalaku, Rio menepuk kepala ku dg daun sirih yg di beri air dalam sebuah mangkuk.
"Jangan ada yg melamun, jangan ada fikiran yg kosong, zikir.. zikir"
pekiknya sambil terus memercikkan air sirih kesekeliling aula tempat kami berkumpul. Entah bagaimana awalnya ternyata Devi teman dekatku pun ikut kerasukan.
"Devi...
Devi istighfar.. "
pekik ku sambil memegang badannya. Devi memiliki badan yg lebih pendek dariku, kurus, tapi entah kenapa pada saat itu tenaganya kuat sekali, dia berontak sekuat tenaga.
"Pak.. tolong.. devi kesurupan.. "
teriak ku pada bapak asrama yg kebetulan di depan kami.
"Pegang ya.. Rio.. bantu disini.. " teriak Pak Adi bpk asrama ku.
Rio yg tadi lewat kembali kearahku. Memegang jempol kaki devi menekan dikukunya sambil membaca alfatiha..
"Baca ini.. " perintah rio padaku sambil menyerahkan surat yasin. Segera kuambil dan ku baca walau bibirku sudah bergetar bingung dan takut pada apa yg terjadi dg devi.
Berbeda dr kesurupan yg kulihat mata melotot, devi lebih mejamkan matanya, menggigit bibirnya, kuat sekali meronta dan marah padaku yg membaca surat yasin. Aku terus membaca sambil menangis ketakutan. Hingga akhirnya devi pun mendadak lemah dan terkulai.
Malam itu benar2 menakutkan buatku. Aku tidur satu ranjang dg devi karena ibu asrama minta aku menemani devi. Tapi setiap kali tertidur rasanya berat, takut, paginya aku bangun dengan badan sakit2 semua. Rio bilang, dia masih ada di dekat devi, jadi mungkin dia menghisap aura ku juga. Aku disuruh meminum air sirih juga, fiuh..
Kejadian di asrama ini terus berulang hampir setiap malam. Devi nggak kuat, akhirnya teman dekat ku ini memutuskan berhenti, kesedihanku bertambah. Kamar masing2 sudah ditentukan, aku tinggal dikamar E, kamar paling ujung, dan ya tebak lagi, kamar yang paling dekat dengan kuburan. Daebak! Kata orang korea, hihi
Malam itu terjadi lagi, malam jum'at dikamar ku, Mbak Mia.. aku memanggilnya Mbak karena dia memang lebih tua dari ku, Habis maghrib mbak mia tidur di tempat tidurnya, mendadak menangis meraung.
"Mbak mia.. bangun mbak.. bangun.. jangan tidur habis maghrib".. salah seorang temanku membangunkan mbak mia yg dikiranya mimpi dan mengigau.
Mbak mia malah menggeram. Lalu tertawa. Menangis lagi. Lalu tertawa keras sekali, hingga kami yakin itu bukan mbak mia.
Ketua kamar langsung berlari memanggil ibuk asrama..
tak lama kemudia datang lah bapak asrama, ibuk asrama dan ustad yg belakangan memang menjadi pengusir 'jin' di asrama kami.
Seperti ustad ruqiyah biasanya, ustad menyuruh kami memegang mbak mia, aku memegang disebelah kirinya, ustad membacakan ayat2 suci. Lalu memanggil mbak mia yg terlihat berontak
"Mia.. coba jawab saya, mia.. "
mbak mia menggeram..
"Rrrr..rrr... aku bukan mia" sontak kami yg memegang ketakutan, karena suara itu terdengar berat dan dalam..
"Kenapa kau di dalam tubuh mia, kau dari mana? Pulang sana keseberang.. (seberang itu TPU)"
Mbak mia tetap menggeram..
Ustad melanjutkan baca doanya.
"Rr..aaaku bukan dari seberang, aku sudah lama ikut dia (baca: Mia).. aku suka dia, aku mau bawa dia.. " jawab suara itu..
"Hay.. jin.. pergilah, dia manusia, kau tidak pantas.. pergilah.. "
ustad melanjutkan baca doa terus dan semakin keras.
Mbak mia meronta2, kami memegangnya hampir tak sanggup menahan kekuatan tubuhnya. Lalu terjadilah yg benar2 diluar nalarku..
Dari sebelah kiri tubuh mbak mia terlihat membiru keunguan seperti lebam, lalu lebam itu bergerak dari pangkal tangan kiri ke atas tubuhnya, kemudian terus bergerak ke bagian tangan kanannya dan berakhir diujung tangan kanannya. Yah aku menyaksikan itu semua dalam waktu tidak berapa lama, perlahan dan nyata. Sesuatu yg benar2 diluar akal sehat, logika ku slama ini. Benar2 nyata, lama kami semua terdiam. Sampai ustad berkata.. "alfatiha.." lalu kami semua serentak membaca alfatiha dan mbak mia pun terbangun.
Lama aku memikirkan hal yg baru saja kualami itu.. tapi aku bingung bagaimana menjelaskannya.
Hari selanjutnya aku belajar seperti biasa, begitu juga teman2 ku lainnya. Mbak mia pun sudah kembali ceria seperti biasa.
Pagi itu ada kuliah pagi sampai jam 08.45, waktu istirahat, mataku ngantuk sekali rasanya.
"Ah aku mo balik kamar dulu ah, tadi rendam kain mo dicuci blom ada air, ntar bau pula" fifi teman ku berceloteh dg teman disampingku
"Aku juga fi, yuk bareng.." jawab Dian
aku mendengarkan
"Eh, aku ikutlah.. hoaaam.. tidur bentar di kamar fifi aja bentar menjelang dosen datang" timpalku malas2an sambil mengikuti mereka
Sampai di kamar fifi aku pun langsung baring di tempat tidur fifi yg memang dekat ke jalan masuk.
"Gpp sendirian fa? Kamar kosong smua, pada kuliah semua kayaknya" kata fifi. Kami memang angkatan 1 jadi belum ada senior atau junior.
"Nggak papa fi, fa ngantuk bget"
Fifi pun lanjut ke lantai atas bersama dian untuk mencuci.
Kamar asrama itu memang plong asrama putri jadi 1 dari kamar A sampai kamar E. Sambil terkantuk2 akupun baring ditempat tidur fifi, entah kenapa, mendadak merasa hening sekali.
Seakan2 waktu berhenti, anginpun tidak ada, dari kamar sebelah aku mendadak terdengar suara seakan memanggil namaku "fa.. "
aku spontan menoleh dan terlihatlah "dia" sekelebat, cepat, namun cukup jelas, berbaju merah..
Maaf tadi berhenti sejenak, mengingat nya membuat saya kembali ngeri. Oke saya lanjutkan.
Saat itu entah apa yg saya rasakan, tubu saya mendadak kaku, tapi saya tetap memberanikan diri menatap ke kamar sebelah itu berharap yg saya lihat tadi orang.
"Syifa.. " panggil fifi dari tangga membuat saya tersentak..
"Ye.. katanya mo tidur, ini malah melamun" sapa fifi lagi.
"Fi, disebelah ada yg nggak kuliah ya? " tanyaku bergetar
"Dimana? Kamar C?" (Fifi kamar B), fifi turun dan mengecek..
"Nggak ada, kosong, yuk ah turun, bapak udah datang (dosen maksudnya)" aku mengikuti walau linglung.
Sampai dikelas aku masih belum bisa kembali mengurai kejadian yg baru kualami. Ternyata dosen nya belum dtang, syukurlah karena aku mendadak merasa mendingin.
"Nak.. kenapa?" Sapa Sri temanku (yap Sri yg di chapter di atas), diasrama kami ada yg di panggil bunda, tante, nenek, nah karena aku paling muda jadi aku dipanggil anak oleh Srik yg kupanggi tante (maklum yah anak asrama)
"Kok anget " katanya memeriksa keningku, tangaku, dan badan ku..
"Menggigil kah?" Tanyanya
"Dikit" jawabku datar
"Tadi ada nampak 'Dia' ya diatas?" Tembaknya. Aku langsung kaget
"Koq tante tau? " aku benar2 heran dg pernyataannya
"Badan anget, bahu menggigil, tangan dingin, muka pucat apalagi tu kalau tak 'nampak'" jelasnya. Aku mendengarkan
"Apa? Si merah?" Lanjutnya..
aku benar2 supprise..
"Tante bisa lihat juga?" Tanyaku..
"Nggak" jawabnya sekenanya "mamak tante bisa liat, pas dia antar tnte dia udah bilang, ini kerajaannya katanya, tapi dia kasi pagar untuk tante, supaya benda tu tak masuk, kata mak, orang yg pertama nampak memang pasti nampak si 'merah delima' tu dulu karna dia yg paling kuat, kayak dia lah yg buka pintu aura penyambung ke dunia dia" jelas Sri
"Syifa sedang lemah, tapi batin kuat, jadi bisa liat dia" aku merinding mendengarnya
"Trus aku gimana ne tnte?" Aku takut setengah mati dengarnya, selama ini aku hanya melihat perantara saja, aku tak ingin bisa melihat mereka, ah.. kenapa si merah delima itu harus datang padaku, fikirku.
"Udah lah sekarang minum air ini ya" Sri mengambil air minum nya, membacakan ayat2 dan menyuruhku minum, ada sedikit kelegaan yg merayap dari punggungku yg sebelumnya panas karena rasa takut yg teramat sangat.
"Jangan takut, selama fa rajin ibadah dia tak akan ganggu, yaa.. paling ngeliatin dirinya sikitla tanda ada" kata2 itu terdengar mudah tapi yg mengalami aku. Sejak saat itu beberapa kali aku memang melihatnya, tapi aku berusaha untuk tidak melihat, merasa, kadang meruqyah diri sendiri, hehe. Kalau diruqyah beneran takut.
Segini dulu aja, mungkin jika ada kesempatan cerita part lainnya. Jika pembaca berkenan tapi, hehe.. terimakasih..
-TAMAT-
0 komentar: